Laporan Nur Ika Anisa
Jering.id, SURABAYA
– Mengenali betapa vitalnya pengawasan awal pada kesuksesan perawatan kanker payudara, Rumah Sakit Nasional Surabaya menerapkan sistem terbaru untuk mendeteksi kanker payudara secara dini yaitu melalui Sistem Ultrasonografi Payudara Otomatis (ABUS).
Kedatangan revolusi ini bertujuan untuk memperbaiki ketepatan dan kecepatan dalam mendeteksi awal kanker payudara, terlebih lagi untuk orang dengan peluang besar mengidap penyakit tersebut.
Gambar 3D ABUS memberikan kepada dokter kesempatan untuk mengevaluasi seluruh jaringan payudara dengan perspektif yang bervariasi.
Teknologi ini diklaim bisa mendukung dokter untuk menangkap perubahan halus yang mungkin luput dari pengamatan selama pemeriksaan biasa.
“Kami bertujuan untuk menyediakan peluang segar bagi wanita, terutama mereka dengan risiko tinggi,” jelas CEO Rumah Sakit Nasional Ang Hoey Tiong pada hari Jumat, 9 Mei 2025.
Mereka menyatakan bahwa ABUS adalah teknologi ultrasonografi 3D yang dikembangkan secara khusus untuk menghasilkan tampilan jaringan payudara yang lebih lengkap dan rinci jika dibandingkan dengan USG standar.
Cakupan gambar tersebut membolehkan dokter mendapatkan ketajaman visual yang lebih baik pada ditemukan hal-hal mencurigakan atau perubahan-perubahan kecil yang berpotensi terabaikan selama pemeriksaan reguler.
“Kami sungguh bersemangat membawa teknologi ini ke Rumah Sakit Nasional,” ujarnya.
Pada kesempatan kali ini, mereka juga melakukan skrining ABUS untuk lebih dari 1.000 wanita.
Di samping teknologi tersebut, Ang Hoey Tiong juga menyinggung tentang berbagai layanan berteknologi canggih lainnya seperti pemantauan fetus-ibunya, pencitraan resonansi magnetik (MRI), sampai pelayanan spesialis tulang belakang dan-bedah syaraf serta pusat medis ortopedi dan regeneratif di Rumah Sakit Nasional.
Dr. Andy Achmad Suanda, seorang dokter ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit Nasional, menekankan bahwa teknologi ABUS sangat disarankan untuk orang yang memiliki faktor risiko seperti adanya riwayat keluarga terkena kanker payudara.
Selain itu jaringan payudara padat yang dapat menyulitkan deteksi tumor melalui mamografi, perempuan dengan implan payudara di mana visualisasi jaringan payudara bisa terhambat dan sebagai pelengkap mamografi terutama jika hasil mamografi kurang jelas.
“ABUS beroperasi dengan metode yang nyaman dan tidak invasif untuk pasien. Prosedurnya lebih objektif dibandingkan USG konvensional karena mengurangi ketergantungan pada operator,” katanya.
Selain itu, pemeriksaanya juga relatif cepat, tidak menimbulkan radiasi, dan dilakukan oleh tenaga ahli perempuan.
Oleh karena itu, dia menambahkan bahwa pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara rutin dengan cara yang nyaman dan aman.
Pemeriksaan mandiri pada payudara (SADARI) merupakan metode pencegahan yang efektif dan diklaim sebagai cara terbaik untuk mendeteksikan dini apakah ada kanker payudara atau tidak.
Kedatangan ABUS diantisipasi bisa menjadi tindakan penting untuk menangkal kanker payudara di Indonesia.