JAKARTA
– Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menjelaskan bahwa uji vaksin TBC di Indonesia merupakan uji klinis tahap tiga. Sehingga dia menepis tudingan Indonesia dijadikan kelinci percobaan dalam pengembangan vaksin tersebut.
Hasan Nasbi menekankan, uji klinis 3 sudah melewati fase keamanan. Yang perlu diuji saat ini hanya efektivitasnya. Sehingga dia mengklaim vaksin tersebut dijamin aman untuk disuntikkan kepada masyarakat.
“Karena sudah melewati tahap praklinis, tahap 1, tahap 2. Sekarang untuk menguji berapa persen yang sembuh dengan menggunakan vaksin ini. Bukan menguji vaksin ini aman atau tidak,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (10/5).
Sampai saat ini, lanjutnya, tidak ada laporan mengenai risiko-risiko kesehatan dari uji klinis vaksin TBC tersebut.
Lagi pula, partisipan dalam uji klinis bukan masyarakat umum yang dipilih sembarangan, melainkan pasien-pasien yang memang relevan untuk pengujian efektivitas vaksin.
“Artinya mau dites nih orang yang sakit ini. Orang yang sedang sakit diuji dengan ini, sembuh enggak?” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, uji klinis tahap 3 diawasi secara ketat oleh lembaga-lembaga kredibel nasional maupun internasional. Termasuk Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO).
Kemudian dipantau Kementerian Kesehatan, rumah sakit, hingga universitas untuk melihat standarisasi pelaksanaan uji klinis ini.
Indonesia, tutur Hasan, bukan satu-satunya negara yang melakukan uji vaksin mengingat hal itu dilakukan secara global. Sebaliknya, dia menilai ini sebagai kesempatan agar Indonesia bisa mendapatkan akses prioritas ketika vaksin resmi diproduksi.
“Kenapa pemerintah kita berpartisipasi? Supaya di masa depan, kalau vaksin-vaksin ini diproduksi, sudah teruji, kita mendapatkan prioritas untuk memproduksi vaksin sendiri,” tegasnya.
Apalagi, pemerintah punya target agar di 2030 bisa terbebas dari TBC. “Pahami dulu, ini bukan uji coba. Vaksinnya sudah terbukti aman. Sekarang mau menguji seberapa banyak orang yang sembuh dengan vaksin ini,” paparnya.
Karena di Afrika, tingkat pemulihan setelah divaksinasi mencapai 80%. Dia menambahkan, “Jika diuji pada kita, kemungkinan angka penyembuhannya bisa menjadi 60% atau bahkan berbeda.”