Sejarah Penamaan Laut Merah, Beneran Warna Merah?

Gambaran satelit yang diperoleh dari ruang angkasa menggambarkan Laut Merah sebagai sebuah jalur biru yang melintas dari arah utara hingga selatan di pinggiran timur laut benua Africa.

Kehijauan gelap dari air tersebut membentuk perbedaan mencolok dengan gradasi cokelat suram di pemandangan sekeliling, bertabrakan dengan ekspektasi akan nama lautan yang terkenal itu.

Walaupun dikenal sebagai Laut Merah, tak ada jejak warna merah di area tersebut. Mengapa tetap dipanggil Laut Merah? Mari kita pecahkan misterinya dengan melacak asal-usul nama itu, menyelidiki riwayatnya, lokasi geografis serta cerita-ceritanya yang membingkai lautan ini.

1. Geografi Laut Merah

Menurut laporan di situs web Times Now, Laut Merah adalah sebuah lautan yang memanjang dan sempit, berada di antara pesisir timur Afrika Utara dan Semenanjung Arab. Laut ini pun menghubungkan dirinya dengan Laut Mediterania lewat Terusan Suez serta menuju Samudera Hindia melalui Selat Bab el Mandeb.

Merujuk pada Laut Merah yang mencakup jarak kira-kira 1.200 mil (1.930 kilometer) mulai dari Teluk Suez di bagian utara sampai ke Telok Aden di bagian selatannya, lalu berakhir dengan penghubungan menuju Samudra Hindia.

Ukurannya paling lebar bisa sampai 190 mil (305 km), dengan kedalamannya yang terdalam mencapai 9.974 kaki (3.040 meter). Luasan total wilayah ini kurang lebih 174.000 mil persegi (450.000 km persegi).

Posisinya yang unik, menjadikannya jalur penting bagi perdagangan dan penjualan selama berabad-abad.

Laut Merah terkenal dengan perairan biru jernih, terumbu karang yang indah dan kehidupan laut yang beragam. Ini juga menjadi laut yang paling asin dari semua lautan. Juga dikatakan tidak ada satu sungai pun yang bertemu dengan laut.

2. Sejarah penamaan

Nama ini memiliki akar kuno yang berasal dari berbagai peradaban yang mengarungi perairan tersebut. Dalam bahasa kuno, Laut Merah disebut dengan nama yang menunjukkan ciri khasnya.

Orang Mesir kuno menyebutnya “Great Green”, kemungkinan merujuk pada warna laut pada waktu-waktu tertentu.

Saat-saat itu, bangsa Yunani menyebutnya sebagai “Erythra Thalassa,” yang bermakna “Laut Merah.” Di dalam bahasa Yunani, kata “Erythre” bisa jadi merujuk pada warna merah atau arah selatan, dan mungkin istilah tersebut dipergunakan untuk mendeskripsikan posisi laut yang terletak di bagian selatan tanah air mereka.

3. Warna asli

Tidak seperti namanya, Laut Merah sebenarnya bukan berwarna merah. Warna airnya biasanya biru, sama halnya dengan lautan lain di planet kita. Mengapa kemudian dikenal sebagai Laut Merah? Beberapa teori dan alasan telah dipostulatkan oleh kalangan ahli untuk menjelaskan asal-usul nama tersebut.

Satu versi umum mengatakan bahwa Laut Merah terkait dengan pola cuaca tahunan di mana spesies ganggang atau organisme mikroskopis tertentu tumbuh secara berlebihan di perairan tersebut dan membuat lautan tampak merah muda.

Alga ini adalah Trichodesmium erythraeum. Kadang-kadang juga disebut “serbuk gergaji laut”, merupakan jenis cyanobacteria (bakteri air yang bertahan hidup melalui fotosintesis ) yang termasuk dalam kelompok ganggang biru-hijau, dan bertanggung jawab antara 60-80 persen konversi nitrogen di lautan, menurut NASA Earth Observatory.

T. erythraeum sangat produktif dan ditemukan di sebagian besar lautan tropis dan subtropis di dunia. Tanaman ini tumbuh subur di Laut Merah dan mengalami mekarnya bunga secara berkala, yang terjadi ketika terjadi pertumbuhan populasi yang pesat.

Saat alga meninggal, air akan berubah jadi warna cokelat kemerah-an akibat penyebaran alga yang sudah mati di sepanjang permukaan lautan.

Peristiwa alam tersebut mungkin terjadi di masa lampau sehingga laut ini diberi nama berdasarkan warna kemerahan yang terjadi saat musim tertentu.

4. Jalur perdagangan

Sepanjang sejarah, Laut Merah telah menjadi jalur penting untuk perdagangan dan eksplorasi. Orang Mesir kuno, Fenisia dan orang Yunani serta Romawi menggunakan laut ini sebagai jalan raya maritim untuk perdagangan.

Nama Laut Merah tertanam dalam peta, peta laut dan catatan sejarah sehingga semakin memperkuat identitasnya.

Ketika para penjajah dan pedagang menjelajahi perairan ini, nama tersebut tetap ada dan penggunaannya terus berlanjut hingga periode abad pertengahan dan modern.

Terlepas dari pemahaman ilmiah bahwa laut pada dasarnya tidak berwarna merah, makna sejarah dan budaya dari nama tersebut tetap bertahan dan digunakan hingga sekarang.