Perkuat Pertahanan Nasional dengan Sistem Antidrone Canggih dari Universitas Telkom dan Ahli Elektromagnetika


Jering.id

– Inisiasi untuk memperkuat sistem pertahanan dan keamanan nasional kembali muncul. Kali ini melibatkan Universitas Telkom dan ahli elektromagnetika.

Mereka mengembangkan sistem antidrone canggih yang lebih efektif melumpuhkan drone di berbagai medan, termasuk medan pertempuran.

Lewat Pusat Unggulan IPTEKS Perguruan Tinggi (PUI-PT) Intelligent Sensing IoT, sejak tahun lalu tim peneliti yang dipimpin oleh ahli elektromagnetik Aloysius Adya Pramudita dan Yussi Perdana Saputera melakukan riset dan pengembangan sistem antidrone inovatif.

Mereka fokus mengembangkan teknologi antidrone berbasis prinsip
cut frequency
yang dibuat untuk menghentikan dengan sukses komunikasi di antara drone dan pengendalinya.

Mereka berencana untuk menciptakan teknologi electromagnetic pulse (EMP) yang lebih maju dan dapat dipercaya dalam perang asymetrical kontemporer.

“Perang modern dan masa depan berfokus pada perang elektronik, mencakup sistem elektro, komunikasi, kecerdasan buatan (AI), serta robotika. Mempertahankan infrastruktur penting terhadap serangan EMP menjadi amat vital,” jelas Yussi saat diwawancara oleh pers, Sabtu (10/5).

Menurut Yussi, perang asimetris yang kian penting dalam zaman digital menggunakan teknologi maju untuk mengincar sistem elektronik dan komunikasi lawannya.

Karena itu, serangan drone, yang dikendalikan dari jarak jauh, menjadi ancaman serius. Sebab, drone dapat digunakan untuk pengintaian, pengawasan, bahkan serangan bersenjata yang sulit dideteksi dan dicegah.

”Bayangkan jika musuh menggunakan drone untuk melumpuhkan jaringan listrik, sistem komunikasi, atau pusat komando militer, dampaknya bisa sangat menghancurkan,” kata dia.

Oleh karena itu, Yussi dan kelompoknya berusaha ekstra dalam mengembangkan sistem anti-drone yang maju dan terkini agar dapat diaplikasikan guna memelihara pertahanan serta keselamatan negara.

Riset yang dilakukan oleh kelompoknya tidak hanya mencakup partisipasi Universitas Telkom, tetapi juga mendapatkan pendanaan dari Program Kedaireka yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

“Melalui Program Kedaireka, kita memperbolehkan mahasiswa menjadi bagian dari peserta magang dalam program Kampus Merdeka. Hal ini membuka peluang kepada mahasiswa agar dapat berpartisipasi secara aktif dalam penelitian serta pengembangan teknologi, sambil juga mengasah kemampuan dan menambah keunggulan mereka di ranah pekerjaan,” jelas Yussi.