Jering.id
– Teknologi LiDAR semakin banyak diperbincangkan, khususnya setelah kemajuan pada pengembaraan otomatis atau kendaraan autonom. Namun, apakah sesungguhnya fungsi dari LiDAR tersebut serta mekanisme operasionalnya?
Berdasarkan informasi dari situs web synopsys.com, LiDAR merupakan akronim untuk Light Detection and Ranging.
ight Detection and Ranging
Teknologi ini memanfaatkan cahaya seperti sinar laser untuk menentukan jarak hingga sebuah benda.
Prinsip kerjanya cukup mudah: perangkat LiDAR akan melepaskan sinar laser, kemudian mencatat lamanya waktu hingga pantulan balik dari sinar ini setelah menyentuh benda-benda di sekelilingnya. Berdasarkan durasi tersebut, sistem mampu mengukur jarak secara tepat dan presisi tinggi.
Melalui mekanisme tersebut, LiDAR dapat menggambarkan area di sekelilingnya dengan format tiga dimensi. Output-nya terdiri dari ribuan titik yang disebut demikan.
point cloud,
yang menunjukkan rupa dan letak objek-objek di sekeliling peralatan itu.
point cloud,
yang menunjukkan rupa dan letak objek-objek di sekeliling peralatan itu.
Oleh karena itu amat vital bagi mobil otonomik mampu mengenali jalanan, kendaraan yang lain, pejalan kaki, serta hambatan-hambatannya disekitarnya dengan tepat.
real-time.
Kebijakan terpenting dari teknologi LiDAR dibandingkan dengan kamera konvensional adalah kecakapanannya untuk mengenali jarak serta rupa benda-benda, termasuk di situasi yang sangat redup hingga tanpa adanya pencahayaan sama sekali.
real-time.
Kebijakan terpenting dari teknologi LiDAR dibandingkan dengan kamera konvensional adalah kecakapanannya untuk mengenali jarak serta rupa benda-benda, termasuk di situasi yang sangat redup hingga tanpa adanya pencahayaan sama sekali.
Sementara kamera hanya merekam gambar dua dimensi, LiDAR memberikan data kedalaman yang sangat penting untuk pengambilan keputusan otomatis saat berkendara. LiDAR juga digunakan di berbagai bidang lain. Dalam dunia pertanian, teknologi ini membantu petani memetakan lahan dan memantau pertumbuhan tanaman.
Di bidang kehutanan dan geologi, LiDAR digunakan untuk memetakan topografi hutan, bukit, dan gunung secara detail. Bahkan dalam dunia arkeologi, teknologi ini bisa menembus vegetasi lebat dan menemukan struktur kuno yang tersembunyi.
Dalam dunia penerbangan dan kelautan, LiDAR dimanfaatkan untuk membuat peta topografi dasar laut (batimetri) maupun untuk memetakan garis pantai dengan sangat presisi. Bahkan, data LiDAR dari pesawat atau drone telah digunakan oleh badan-badan seperti NOAA di Amerika Serikat untuk mendukung pemantauan cuaca ekstrem dan mitigasi bencana alam.
Walaupun sudah maju, teknologi ini tetap memiliki beberapa kesulitan. Misalnya saja, kinerjanya dapat berkurang ketika bertemu dengan hujan lebat, kabut pekat, ataupun serpihan debu dalam udara. Di samping itu, peranti LiDAR pada masa sekarang masih termasuk dalam golongan bahan mewah dan membutuhkan energi listrik yang banyak; hal tersebut menyebabkannya belum bisa diterapkan secara meluas pada mobil biasa.
Meskipun demikian, seiring perkembangan teknologi, banyak perusahaan saat ini bersaing dalam pengembangan LiDAR ukuran mini yang lebih terjangkau, efisien energi, serta mampu bertahan pada kondisi iklim ekstrim. Selain digunakan untuk kendaraan tanpa awak, LiDAR di masa mendatang diyakinakan akan menjadi fitur penting bagi robotika industri, sistem keamanan cerdas, bahkan sampai telepon genggam canggih.