Dukung Pembangunan Berkelanjutan : Adopsi Teknologi Pertanian Adalah Keharusan


Jering.id, JAKARTA

-Indonesia harus bersiap menghadapi ancaman krisis pangan global dengan strategi nasional yang terstruktur, berkelanjutan, dan berbasis inovasi.

Materi itu menjadi fokus dalam sesi Summit tersebut.

Mata Lokal Fest 2025 yang digelar pada Kamis, 8 Mei 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta.

Staf Khusus Menteri Pertanian untuk Urusan Kebijakan Pertanian Dr Ir Sam Herodian hadir sebagai pembicara utama.

Dalam sesi pembuka ini, Sam menyoroti urgensi transisi sistem pangan Indonesia untuk menjawab tantangan, yaitu memastikan ketahanan pangan bagi populasi yang terus bertambah.

“Krisis pangan bukan isu masa depan, ini adalah tantangan nyata yang sedang kita hadapi sekarang,” ujar Sam.

Sebanyak 58 negara dilaporkan mengalami kelaparan serius. Lebih dari 725 juta orang kekurangan gizi, dengan 55 persen berada di Asia dan 38 persen di Afrika. Bahkan, 7,18 persen penduduk Indonesia masih menghadapi kelaparan.

Menurut data FAO, krisis pangan telah memicu gejolak di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang pada awal 2024 menghadapi kelangkaan dan antrean beras.

Bahkan, di Filipina dan Jepang mengalami kondisi serupa pada 2025 dengan pola yang sama yaitu menghadapi tantangan transisi kepemimpinan.

Ia memaparkan bahwa Kementerian Pertanian RI telah menginisiasi berbagai program unggulan yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Langkah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian dengan cara berkelanjutan, melindungi stabilitas lingkungan, serta menguatkan ketahanan makanan nasional saat terjadi krisis dunia. Sam menekankan keharusan adanya program kedaulatan pangan yang didukung oleh perkembangan teknologi moden.

“Indonesia pada masa kini masih sanggup memenuhi permintaan domestik, namun kita harus waspada. Kestabilan pangan tidak boleh bergantung sepenuhnya pada kondisi saat ini—perlu adanya tindakan progresif,” katanya.

Beberapa pendekatan kunci yang diadopsi oleh Kementerian Pertanian meliputi peningkatan kapasitas bibit berkualitas, pengembalian alokasi pupuk bersubsidi hingga 9,55 juta ton, dan perubahan dari pertanian konvensional menuju sistem yang lebih moderen.

Benih unggul yang dikembangkan—mencapai 150.000 ton—ditujukan untuk lima juta hektar lahan, termasuk varietas tahan salin, padi rawa, dan tadah hujan.

Modernisasi memang menaikkan biaya produksi hingga dua kali lipat, namun menurut Sam, adopsi teknologi adalah keharusan agar tak tertinggal.

Pemanfaatan optimal lahan rawa di Kalimantan dan Papua merupakan salah satu contoh dari pendekatan strategis, termasuk pada masa hujan serta kekeringan.

Program revitalisasi pertanian pun digelorakan lewat Brigade Tanam serta Brigade Pangan, yang sudah mengikutsertakan petani muda dan Generasi Z di seluruh daerah, termasuk memulainya dari Papua.

Di samping itu, Kementerian Pertanian menguatkan fungsi dari petugas pengabdian dan meluncurkan program kebun gizi berkelanjutan guna meningkatkan ketersediaan makanan di setiap keluarga, sejalan dengan peningkatan utilitas lahan produktif warganya yang semakin ditingkatkan.

Secara produksi, Indonesia berhasil menghasilkan 34,6 juta ton padi pada tahun 2025 ini yang melampaui kebutuhan dalam negeri sebanyak 31 juta ton.

Produksi diperkirakan akan naik sebesar 18,6% sampai pertengahan tahun 2025.

Ini merupakan capaian positif terbaru yang dicapai setelah mendapatkan pengakuan internasional pada masa Presiden Joko Widodo menerima Agricola Medal dari FAO karena sumbangan Indonesia dalam menjaga keamanan pangan dunia.

Dari dalam negeri, sektor pertanian menyumbang 10,52 persen terhadap PDB nasional pada kuartal I 2025—tertinggi di antara sektor lainnya.

“Kita sudah berada di jalur yang benar, tapi keberlanjutan harus dijaga. Fokus berikutnya adalah hilirisasi agar pertanian benar-benar jadi penopang ekonomi nasional,” tutup Sam.

Sesi tersebut juga menekankan betapa pentingnya perubahan pada sistem pangan sebagai bagian utama dalam menciptakan Indonesia yang kuat dan siap menghadapi tantangan global di masa mendatang.

Inisiatif ini tidak hanya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, melainkan juga untuk memverifikasi bahwa program-program sustainabilitas serta langkah-langkah inovatif di bawah Departemen Peternakan bisa mendukung strategi ketahanan pangan nasional, dengan fokus pada kemandirian pangan sebagai sasarannya utama.

Sesi kali ini juga menggarisbawahi bahwa masa depan ketahanan pangan tak bisa dipisahkan dari transformasi komprehensif melalui seluruh tahapan mulai dari produksi sampai konsumsi, yang memerlukan partisipasi aktif berbagai pihak termasuk rakyat Indonesia.

Mata Local Fest 2025 juga akan kedatangan tokoh-tokohnya lain yang bakal menjadi pembicara dalam sesi Summit, yakni Menteri Industri RI Agus Gumiwang, Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) RI Maman Abdurrachman, Menteri Budaya RI Fadli Zon, serta Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung guna mendiskusikan berbagai masalah berkaitan dengan keberlangsungan.

Di samping sesi Summit, Mata Lokal Fest dengan tema “Pionir untuk Berkelanjutan Lokal” pada tahun ini pun menyajikan sesi penganugerahan Mata Loca Award 2025, berbagai macam hiburan, serta stand Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Artikel ini sudah dipublikasikan di

Tribunnews.com