Jering.id
– Sebuah unggahan berisi informasi bayi 9 bulan di dalam kandungan tiba-tiba hilang dan tak terdeteksi USG, viral di media sosial TikTok pada Selasa (6/5/2025).
Unggahan tersebut dilengkapi dengan video berdurasi 1 menit 40 detik. Dalam video terlihat gambar menyerupai janin dalam pencitraan USG.
Cerita asli ini berlangsung di suatu kota ‘S’ yang ada di Pulau Sumatra…
Seorang pasangan suami dan istri yang secara berkala melakukan kontrol dengan dokter kandungan, pada kunjungan terakhir mereka diminta untuk mengadakan persalinan Caesar di rumah sakit lantaran telah melewati tanggal perkiraan lahirnya.
Namun, sesampainya di RS, bidan tidak menemukan kehamilan sewaktu dilakukan pemeriksaan rekam jantung bayi.
Akhirnya dokter SpOG melakukan USG ulang dan anehnya tidak ada kehamilan. Minta tolong sejawat SpOG untuk periksa USG dan hasilnya sama, tidak ada kehamilan.
Semakin penasaran akhirnya saya meminta bantuan dokter spesialis penyakit dalam untuk mengonfirmasi hasil USG serta dokter radiologi untuk melakukan rontgen. Hasil keduanya ternyata sama…. BAYI NYA MENG Hilang….
Cerita ini terdengar tidak rasional bagi saya ketika pertama kali mendengarnya, apalagi sang pasien adalah seorang tenaga medis yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Kota ‘S’.
,” menulis pengunggah, yaitu akun TikTok
@drs****
.
Cerita serupa kerap beredar di masyarakat. Seperti yang diungkap akun x,
@mindedlyofbe***.
”
ini pernah kejadian di kk sepupu gue jg, sama persis udah hamil 9 bulan bahkan pas USG pun ada anaknyaa dan ada fotonya jg, tiba² ilang gitu aja tapi perutnya masi gede. Dan setelah kejadian itu bener² kosong perut kk sepupu gue, susah buat hamil lagi
,
” tulisnya.
Kehilangan bayi yang dikandung menjadi topik perbincangan bagi banyak orang di media sosial. Sebagian menyebut kejadian itu tidak rasional dan mungkin merupakan berita bohong, sementara sebagian lainnya menghubungkannya dengan aspek-aspek non-medis.
Di samping itu, seorang pengguna media sosial di X mengatakan bahwa apa yang dialami oleh sang ibu mungkin merupakan sebuah kasus.
fetal resorption
.
”
Kayaknya itu adalah kasus penyerapan fetus, jadi bayi dalam kandungan meninggal lalu tubuhnya rusak dan diserap lagi oleh tubuh sang ibu. Namun menurut saya, hal tersebut tetap terdengar aneh karena jika usia janin sudah sembilan bulan dan meninggal, biasanya akan lahir dengan kondisi mati (stillbirth). Kalau badannya telah sangat besar seharusnya tidak bisa keluar melalui proses persalinan.
” tulis akun
@MsDu***
.
Lantas, bagaimana tanggapan dokter?
Penjelasan dokter spesialis
Dokter ahli kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Profesor Dr. HAMKA Jakarta, Wawang S. Sukarya menyebutkan bahwa peristiwa yang dialami sang ibu tak bisa terjadi berdasarkan ilmu pengetahuan.
Lebih-lebih lagi ketika seorang ibu hamil telah merasakan kehamilan selama 9 bulan penuh tersebut.
“Kemungkinan hal semacam itu terjadi sangatlah kecil, apalagi setelah mengalaminya selama 9 bulan,” ungkap Wawang ketika diwawancara.
Jering.id
, Jumat (9/5/2025).
Menurut dia, fenomena yang dialami oleh ibu tersebut diduga
pseudopregnancy
.
Wawang menjelaskan,
pseudopregnancy
Ini adalah keadaan di mana seseorang mengalami gejala seperti sedang hamil, meskipun sebenarnya tidak hamil.
“Wabah berperut meski sebenarnya hanya buncing. Terdapat aktivitas di dalam perut yang diyakini sebagai tindakan bayi, tetapi sesungguhnya adalah kontraksi usus. Rasa mual serta vomitting, padahal penyakit asam lambung (peptic ulcer),” jelas Wawang.
“Hal ini terjadi biasanya pada seseorang yang sudah lama menikah, tapi tidak hamil juga, dan ingin sekali punya anak,” lanjut dia.
Ia menambahkan, dokter hanya bisa menentukan suatu kehamilan setidaknya menggunakan USG sejak usia kandungan sudah jalan 6-7 minggu.
Selain itu, kondisi lain yang memungkinkan bayi “hilang” dari dalam perut ibu adalah Intrauterine Fetal Demise/death (IUFD) atau yang dikenal
fetal demise
.
Wawang menyampaikan,
fetal demise
Adalah situasi di mana janin sudah meninggal dunia ketika umur kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih.
Apabila janin meninggal sebelum mencapai usia 20 minggu kehamilan dan terdapat gejala perdarahan, maka beberapa bagian jaringan atau keseluruhan akan keluar yang dikenal sebagai abortus.
“Bahkan jika bayi meninggal setelah berusia lebih dari 20 minggu, tetap tidak akan lenyap (di dalam rahim ibu),” katanya.
Diduga mengalami
false pregnancy
Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi (SpOG) dari Rumah Sakit Pondok Indah, Yassin Yanuar Mohammad menyampaikan bahwa ia tidak dapat menentukan situasi yang dihadapi oleh seorang wanita hamil dikarenakan informasinya kurang lengkap.
Misalnya indikasi, catatan tanggal menstruasi terakhir, hasil USG sebelumnya, hasil
test pack
, dan lainnya.
Menurut dia, di bidang kedokteran, apabila seorang wanita sedang mengandung bayi pada minggu ke-36 dan tiba-tiba janinnya lenyap, ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
“Memang dia menyatakan dirinya hamil selama sembilan bulan, dengan bayi setidaknya beratnya 2,5 kilogram di dalam rahimnya. Jika kehamilan itu tiba-tiba lenyap, hal tersebut harus menjadi pertanyaan,” jelas Yassin ketika diwawancara secara terpisah oleh
Jering.id
, Jumat (9/5/2025).
Dia menyebutkan bahwa kehamilan dapat dideteksi melalui metode modern saat ini ataupun dengan mengamati tanda-tanda fisis pada tubuh.
“Jika dia hamil maka
test pack
akan positif, Human Chorionic Gonadotropin (HCG) juga positif,” kata Yassin.
Selanjutnya, secara fisik dapat dilihat perbedaannya pada ibu hamil dibandingkan yang belum, misalnya cairan susu mulai mengalir, ukuran payudara bertambah besar, perut ikut membesar, kondisi kulit menjadi lebih kusam, dan seringkali timbul jerawat di wajah, demikian katanya menambahkan.
Dia meminta masyarakat agar jangan langsung menelan mentah-mentah berita di media sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melakukan penelaahan yang mendalam dan analisis ilmiah terkait fenomena ini.
“Bagaimana kita dapat memverifikasi gambar yang ada di foto konten itu dengan gambar otentik dari ibu itu, kapan gambar itu diperoleh,” kata dia.
Meski begitu, Yassin beranggapan bahwa apa yang dialami ibu hamil itu bisa jadi merupakan
false pregnancy
.
“Sesungguhnya terdapat beberapa insiden serupa dengan apa yang dialami oleh bunda tersebut, di mana dia mengira dirinya sedang hamil selama sembilan bulan dan kemudian dinyatakan bahwa sebenarnya ia tak memiliki kehamilan; istilah untuk kondisi seperti ini adalah disebut dalam bahasa kedokteran sebagaiصند
false pregnancy
,” kata Yassin.
Dia menyebutkan bahwa situasi tersebut terjadi pada seorang wanita yang percaya dirinya sedang hamil, meskipun kenyataannya ia tidak mempunyai kehamilan.
“Lebih kepada aspek psikologis yang sangat menginginkan untuk memiliki keturunan atau berkeinginan kuat untuk mempunyai seorang anak,” jelasnya.
Apakah hal ini berhubungan dengan penyerapan janin?
Terkait dugaan
fetal resorption
Wawang menyampaikan bahwa sebutan warganet tidak begitu tepat untuk situasi di mana insiden tersebut menjadi viral.
”
Resorption
Itu diresapi. Janin meninggal dan diresapi oleh tubuh sang ibu. Kondisi ini biasanya terjadi pada trimester pertama (sekitar 12-14 minggu),” jelas Wawang.
Apabila umur kehamilan sudah mencapai 9 bulan, maka mustahil dapat diserap oleh tubuh.