Bagaimana Paus MemilihNama: Sejarah dan Tradisi Unik di Indonesia

Kardinal Robert Prevost secara resmi diperkenalkan sebagai pemimpin terbaru Vatikan dan ia memutuskan untuk menggunakan nama Paus Leo XIV. Hal tersebut segera menarik perhatian serta mendorong keingintahuan orang banyak.

Sebenarnya,

Bagaimana pemilihan nama dilakukan oleh para paus ketika mereka dipilih?

Apakah terdapat arti spesial, kebiasaan, atau inspirasi dibalik pemilihan nama itu? Mari kita lihat penjelasannya yang komprehensif beserta riwayatnya disini!

Bagaimana para paus menentukan nama mereka?

Setelah resmi terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik, paus baru akan membuat keputusan penting, yaitu memilih nama kepausannya. Meskipun tidak ada aturan tertulis yang mengharuskan mereka mengganti nama, tradisi ini telah mengakar kuat selama berabad-abad dan menjadi simbol awal arah serta visi kepemimpinannya.

Nama yang dipilih oleh paus sering kali membawa konotasi historis atau personal. Beberapa nama didasarkan pada santo-santa pembimbing, figur-figur gerejawi yang disegani, atau malah berasal dari panggilan-panggilan para pendahulu mereka yang dinilai berhasil, progresif dan berkarisma. Sebagai ilustrasi, Paus Fransiskus merujuk kepada Santo Fransiskus dari Assisi—seseorang yang dicatat atas kesederhanaannya, cintanya akan lingkungan hidup, serta komitmennya terhadap rakyat kurang mampu. Hal ini secara reflektif menunjukkan fokus primer selama periode kepemimpinannya.

Terdapat pula beberapa paus yang memakai nama tertentu guna merayakan atau menjaga jejak paksa para pemimpin sebelum mereka. Sebagai contohnya, Paus Yohanes Paulus II telah menggunakan nama itu sebagai bentuk penghargaan kepada Yohanes Paulus I, sang papst yang hanya bertugas selama 33 hari saja. Langkah ini secara tidak langsung mencerminkan niat untuk melanjutkan visi serta tujuan dari pendahulu mereka.

Sementara itu, Paus Benediktus XVI memilih namanya sebagai penghormatan terhadap Santo Benediktus dan Paus Benediktus XV, yang dikenal karena komitmen terhadap perdamaian dan rekonsiliasi. Terutama pada masa Perang Dunia I.

Awal mula tradisi mengganti nama paus

Pada masa awal, para paus umumnya tetap menggunakan nama baptisnya. Beberapa nama terdahulu terdengar tidak lazim atau bahkan terkesan “nyeleneh” pada telinga masyarakat modern, seperti Paus Hilarius dan Simplicius. Namun, perubahan mulai terjadi pada 533 M saat Paus John II mengganti nama lahirnya, Mercurius.

Langkah ini diambil untuk menjauhkan diri dari asosiasi dengan agama pagan dan dianggap sebagai titik awal perubahan tradisi pemilihan nama paus. Namun, meskipun begitu, belum semua paus mengikuti jejak ini. Sebagai contoh, Paus Dionysius yang memimpin dari tahun 259—268 tetap mempertahankan namanya meski Dionysius juga merupakan nama dewa Yunani.

Tradisi pergantian nama baru telah menjadi suatu kebiasaan resmi sejak abad ke-10, khususnya semenjak Paus John XII (955–964). Dari titik itu, hampir seluruh penerusnya memilih nama baru yang mewakili semangat atau prinsip-prinsip tertentu. Terdapat hanya dua pengecualian dari tradisi ini setelah periode tersebut, yakni Paus Adrian VI (1522—1523) dan Paus Marcellus II (1555), yang tetap menempati nama baptisan mereka sendiri.

Arti nama Leo XIV bagi pemimpin paus terbaru

Pemilihan nama Leo XIV oleh Kardinal Robert Prevost sebagai nama kepausannya bukanlah sembarangan. Nama ini menyimpan sejarah dan makna mendalam dalam tradisi gereja Katolik yang bisa memberi petunjuk awal tentang arah dan semangat kepemimpinannya. Menurut para ahli, nama paus sering kali dipilih untuk menghormati pendahulunya atau mencerminkan nilai yang ingin diusung sang paus selama masa jabatannya.

Dalam sejarah gereja, nama Leo telah digunakan oleh 13 paus sebelumnya. Dua tokoh paling menonjol adalah Paus Leo I (Leo Agung) dan Paus Leo XIII. Paus Leo I dikenal sebagai intelektual besar dan pembaru teologi di abad ke-5. Ia menulis Tome of Leo yang kemudian menjadi dokumen penting dalam pembentukan ajaran resmi Gereja tentang Yesus sebagai pribadi yang sepenuhnya manusia dan sepenuhnya ilahi. Selain itu, Leo I juga dikenang karena keberaniannya menghadapi Attila the Hun dan berhasil mencegah penyerangan terhadap Roma.

Sementara itu, Paus Leo XIII yang memimpin antara 1878—1903, dianggap sebagai pelopor ajaran sosial modern Gereja Katolik. Ia menulis ensiklik Rerum Novarum, dokumen penting yang membahas hak-hak buruh, keadilan sosial, dan peran gereja dalam menanggapi isu-isu ekonomi dan ketimpangan. Ajaran ini menjadi dasar bagi banyak kebijakan sosial gereja hingga saat ini.

Dengan memilih nama Leo XIV, paus baru menunjukkan kemungkinan besar ia akan meneruskan semangat reformasi dan perhatian terhadap isu-isu sosial yang menjadi warisan Leo XIII. Para pakar meyakini bahwa pilihan ini merupakan isyarat bahwa sang paus ingin memperkuat ajaran sosial Gereja dan membawa pesan solidaritas dalam menghadapi tantangan modern, seperti polarisasi politik dan ketimpangan sosial.

4. Nama-nama paus yang paling sering digunakan

Nama John adalah yang paling sering digunakan sepanjang sejarah. John pertama kali dipakai oleh Santo Yohanes I pada 523. Nama ini melambangkan kesederhanaan, kesalehan, dan pelayanan pastoral. Terakhir, nama John digunakan oleh Paus Yohanes XXIII (1958) yang dihormati karena memulai Konsili Vatikan II dan diakui sebagai santo oleh Paus Fransiskus pada 2014.

Di samping John, Gregory pun kerap dijadikan tanda hormat untuk Gregorius Agung (590–604), seorang pemimpin gereja dan teolog ternama. Paus terkini dengan nama tersebut adalah Gregorius XVI pada tahun 1831. Kemudian, ada pula nama Benedict, sebuah pilihan yang telah dipakai sebanyak enam belas kali, seperti halnya saat Josef Ratzinger memilihnya pada tahun 2005. Ini merupakan ungkapan rasa menghargai akan kontribusi Benediktus XV, sang paus selama Perang Dunia I, yang dikenal karena usahanya dalam membawa kedamaian.

Bukan hanya itu, istilah nama Pius pun sering dipakai, terutama pada masa 1775 hingga 1958, di mana tujuh dari sebelas paus memilih untuk menggunakan nama ini. Misalnya seperti Pius XII (1939-1958), dia menetapkan namanya berdasarkan rasa hormat kepada para paus bernama Pius sebelumnya. Salah satunya adalah Pius XI yang telah menjadikan dirinya sebagai Kardinal dan Sekretaris Negara. Penyebutan nama Pius mencerminkan sikap konservatif dalam hal teologi serta komitmen kuat terhadap doktrin-doktrin agama yang sudah ada.

Oleh karena itu, seperti itulah cara ikan paus menamai dirinya. Melebihi kebiasaan saja, pemilihan nama ini memiliki arti yang sangat dalam yang menggambarkan misi dan pandangan dunia mereka. Mengagumkan bukan betapa besar pengharapannya terkandung dalam sebuah nama?


Referensi

“Paus Baru Memilih Nama Paus Leo. Ini Alasannya Mengapa Tokoh-Tokoh Agung Merubah Namanya dan Maknanya”.
CBS News
. Diakses Mei 2025.

Apa yang Ada dalam Nama Seorang Paus?
The New York Times
. Diakses Mei 2025.

Mengapa Para Paus Memilih Nama yang Berbeda dan Apa Kemungkinan Nama bagi Paus Baru?
CNN World
. Diakses Mei 2025.

Sejarah Nama-nama Pengganti Petrus
Vatican News
. Diakses Mei 2025.

Apa Arti Nama Paus Leo? Sejarah Di Balik Nama Baru Sang Paus.
The Washington Post
. Diakses Mei 2025.