5 Teori Ilmiah Yang Dahulu Disebut Kesalahan dan Diblokir

Ilmu pengetahuan bukanlah jalur lurus menuju kebenaran. Dalam sejarahnya, banyak teori ilmiah yang kini kita anggap mendasar justru pernah dianggap sesat, bahkan dilarang keras oleh otoritas agama dan institusi berkuasa. Teori-teori ini tidak hanya dipertanyakan, tapi sering kali menjadi alasan penganiayaan terhadap para ilmuwan yang mendukungnya.

Menariknya, teori-teori yang pernah ditekan itu kini menjadi bagian inti dari pemahaman tentang alam semesta. Dari gagasan bahwa Bumi bukan pusat jagat raya hingga konsep bahwa semua materi tersusun dari atom, ulasan ini akan membahas lima teori sains yang dulunya dianggap sesat dan terlarang, namun kini diakui sebagai tonggak dalam sejarah ilmu pengetahuan.

1. Heliosentrisme

Heliocentrism, yaitu pandangan bila matahari merupakan titik tengah dari tata surya kita, dahulu dipandang sebelah mata dan bahkan disebut-sebut sebagai pahaman yang amat merugikan. Konsep tersebut secara terbuka kontradiktif dengan keyakinan geosentris yang lama diajarkan gereja Katolik, yakni posisi bumi menjadi poros kosmos.

Meski ide ini telah disinggung oleh Aristarkhus dari Samos sejak zaman Yunani kuno, publikasi
De revolutionibus orbium coelestium
oleh Nicolaus Copernicus pada tahun 1543-lah yang benar-benar mengguncang dunia pemikiran. Pandangan Copernicus menyulut kontroversi besar karena meruntuhkan otoritas keagamaan yang mengakar.

Galileo Galilei kemudian memperkuat teori ini lewat bukti-bukti observasional dari teleskopnya, namun langkah berani tersebut membuatnya diadili oleh Inkuisisi pada tahun 1633. Ia dijatuhi hukuman tahanan rumah karena dianggap menyebarkan ajaran sesat, menunjukkan betapa kerasnya penolakan terhadap heliosentrisme di masa itu.

2. Infinite universe dan plurality of worlds

Pada akhir abad ke-16, Giordano Bruno mengusulkan bahwa alam semesta tidak terbatas dan terdiri dari banyak dunia. Ide ini pada masanya dianggap sangat kontroversial. Ia menyatakan bahwa bintang-bintang di langit bukan hanya cahaya di firmamen, melainkan matahari-matahari lain yang memiliki planet-planet sendiri, bahkan mungkin kehidupan.

Gagasan ini sangat bertolak belakang dengan pandangan alam semesta yang tertutup dan berpusat pada Bumi, yang dilindungi oleh doktrin gereja. Akibatnya, ia dituduh melakukan bidah dan dijatuhi hukuman mati oleh Inkuisisi. Ia dibakar hidup-hidup pada tahun 1600 di Roma, dan idenya pun dianggap menyesatkan selama bertahun-tahun.

3. Evolusi oleh seleksi alam

Teori evolusi seleksi alam yang dikemukakan oleh Charles Darwin di bukunya tersebut
Asal Usul Spesies
Pada tahun 1859 ini menimbulkan kontroversi yang signifikan. Konsep bahwa spesies berevolusi seiring berjalannya waktu lewat mekanisme seleksi alami bertentangan dengan teori penciptaan, yang mengajarkan bahwa semua organisme diciptakan dalam bentuk statis oleh Tuhan.

Bukan cuma menantang pandangan lama soal keaslian manusia, teori Darwin justru dianggap membingungkan dan merendahkannya. Respon terhadap gagasan tersebut sangat kuat hingga sejumlah daerah bahkan melarang diajarkannya. Kecemasan atas penolakan evolusi tak sekadar berdasarkan alasan agama, tapi juga karena rasa khawatir akan perginya konsep lama dalam pikiran umat manusia.

4. Metode ilmiah empiris

Metode ilmiah empiris—which emphasizes observation, experimentation, and verification as the foundation of truth-seeking—is not always readily accepted. Mengutip dari laman
selfawarepatterns,
Banyak filosof kuno, dari zaman Pertengahan, hingga era modern dini ragu-ragu untuk menganggap metode ilmiah sebagai yang paling utama dibandingkan dengan logika manusia.

Bagi para figur seperti Roger Bacon dan Galileo Galilei, yang mendukung metode pengumpulan bukti secara langsung dari alam, mereka kerapkali dilihat sebagai pemberontak melawan institusi yang sudah baku. Kecurigaan terhadap percobaan sistematik menyebabkan cara pandang ini jarang dipercayai serta sering dikendalikan ketika menyebar.

5. Atomisme

Atomisme merupakan gagasan bahwa segala sesuatu terdiri dari partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi yang disebut atom. Diperkenalkan oleh Demokritus lebih dari 2.500 tahun lalu, teori ini sempat ditertawakan oleh para filsuf Yunani seperti Aristoteles yang lebih memilih gagasan bahwa alam semesta bersifat kontinu.

Saat paham Kristen mendominasi Eropa, teori atomisme semakin tersingkir lantaran dipandang berkorelasi dengan pandangan materialistis hingga atheis. Selain ditolak dari sudut pemikiran akademik, teori tersebut juga digambarkan sebagai ancaman dalam ranah ideologi. Hanya pada masa abad ke-19, setelah adanya temuan ilmiah yang menguatkan, gagasan tentang partikel materi pun mulai diterima kembali.

Kelima teori ilmiah yang sekarang menjadi fondasi dari bidang studi tersebut telah melalui jejak panjang yang dipenuhi rintangan. Dianggap sebagai pemikiran terlarang, ditolak, bahkan disebut-sebut membahayakan struktur masyarakat, para ahli tetap menunjukkan bahwa fakta-fakta ilmiah kerapkali bertentangan dengan otoritas, keyakinan tertentu, serta ketakutan atas perkembangan zaman.