Perubahan iklim tak hanya melibatkan pencairan gletser di Kutub Utara atau temperatur atmosfer yang semakin meningkat. Tersembunyi dibalik fenomena tersebut, banyak organisme mikroskopis menghadapi dampak besar pada kelangsungan hidupnya, termasuk hewan amphibi. Spesies-spesies ini umumnya tinggal dalam kedamaian antara dua lingkungan, kini harus bertarung untuk tetap eksis di planet kita.
Peningkatan temperatur sampai kehadiran patogen jamur yang kian mematikan, semua menjadikannya sebagai mimpi buruk bagi makhluk-makhluk tersebut. Walaupun tubuh mereka fleksibel dan memiliki kemampuan adaptasi, namun pergeseran cuaca ini masih terlampau keras baginya. Mari kita mengenal lebih dekat tentang lima spesies hewan amfibi yang saat ini tengah duduk di tepi jurang kepunahan.
1. Katak racun anak panah (Poison dart frog)
Yang kecil dan berwarna terang ini memang tampak menggemaskan, tetapi jangan sampai menyesal. Terlihat mencoloknya malah menjadi indikasi bahwa ia begitu berbahaya, seingga dapat membekukan gerakan musuh hanya dalam sekian detik saja. Katak panah berbisa jenis ini sering kali ditemui di rimba lebat Amerika Selatan, lebih spesifik lagi di wilayah Amazon.
Sayangnya, habitat mereka semakin terbatas akibat deforestasi dan perubahan cuaca yang tidak menentu. Pergeseran iklim menyebabkan kadar kelembaban berkurang, sementara mereka membutuhkan lingkungan basah agar bisa bernafas melalui kulit. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah populasinya secara berturut-turut selama beberapa dasawarsa belakangan.
2. Axolotl (Ambystoma mexicanum)
Siapa yang tidak mengenal axolotl? Hewan air dari Meksiko ini menjadi populer karena tampilan lucunya serta ekspresi wajah yang selalu tampak seperti senyuman. Axolotl merupakan jenis salamander istimewa karena tidak menjalani metamorfosis lengkap; mereka memilih untuk tinggal di dalam air seumur hidupnya.
Namun dibalik penampilannya yang menggemaskan, axolotl berhadapan dengan ancaman serius. Danau Xochimilco, habitat alaminya, semakin terpolusi dan menyusut karena dampak perubahan iklim. Lebih dari itu, mereka juga harus bertarung melawan persaingan dengan spesies asing yang sengaja diperkenalkan oleh manusia.
3. Katak semerah emas Panama (Katak Panamanian Golden Frog)
Dengan warna kuning keemasan yang mencolok, katak ini bagaikan perhiasan hidup di hutan tropis Panama. Dulu, katak emas sering dianggap simbol keberuntungan di negara asalnya. Tapi sekarang, nasibnya malah penuh ketidakberuntungan.
Pemanasan global meningkatkan persebaran patogen berbahaya bernama jamur chytrid yang mengancam populasi katak tersebut. Kehadirannya dalam habitat aslinya kini diyakini telah lenyap total, dengan keberadaannya hanya dapat diketemukan di tempat penangkaran saja. Bahkan angka kemunculannya sangatlah sedikit.
4. Katak raksasa Tiongkok (Chinese giant salamander)
Meskipun umumnya amphibia memiliki ukuran yang kecil, salamander raksasa ini dapat mengejutkan banyak orang. Dengan panjang hingga 1,8 meter, spesies ini dikenal sebagai amphibian terbesar di planet kita. Tinggal di sungai-sungai gunung-gunung China, makhluk tersebut memainkan peranan vital untuk melindungi stabilitas ekosistem air tawar.
Sayangnya, kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan iklim juga menjadikan arus sungai makin tak menentu. Konstruksi bendungan contohnya, bisa mengacaukan ekosistem asli dan berakibat pada beberapa sungai tempat hewan hidup menjadi kering. Tidak hanya itu, buruan liar demi konsumsi atau obat tradisional, membuat salamander raksasaa saat ini terancam kepunahan dan telah dimasukkan dalam Daftar Merah IUCN.
5. Katak pegunungan berlegah kuning (Mountain yellow-legged frog)
Pada masa lalu, populasi katak gunung di Pegunungan Sierra Nevada, Amerika Serikat, begitu besar. Namun sekarang, mereka menjadi langka sampai-sampai mirip dengan hantu yang jarang terlihat. Iklim ekstrem serta kemarau berseason membuat perkembangan mereka semakin tertantang.
Di samping itu, katak tersebut amat peka terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur chytrid. Pemanasan global mendorong pertumbuhan cepat dari organisme ini, sehingga merusak daya tahannya. Oleh karena itu, saat ini usaha pemeliharaan dan perlindungan menjadi satu-satunya peluang agar spesies ini dapat bertahan hidup.
Hewan amfibi mungkin tidak setenar gajah atau harimau, tetapi kontribusi mereka terhadap ekosistem sungguh penting. Mereka berperan sebagai regulator hama alami, petunjuk kondisi lingkungan yang baik, dan punca temuan riset kedokteran. Jika spesies ini musnah, maka kesinambungannya hidup di alam semesta akan terganggu.
Perubahan iklim menjadi ancaman diam-diam namun membahayakan bagi mereka. Melalui daftar ini, mudah-mudahan kita bisa menjadi lebih peka dan prihatin bahwa sesederhana apapun makhluk hidup tersebut, mereka masih memiliki hak untuk terus bertahan hidup. Semesta ini tidak hanya dimiliki oleh manusia, melainkan juga oleh seluruh makhluk yang turut menempati bumi bersama kita.